Syair sejarah ini disunting dari buku Syair Sejarah Kerajaan Negaradipa di Kalimantan Selatan yang disusun oleh Nadir Adransyah,BA dan Drs.Syarifuddin R. Terbitan Taman Budaya Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 1997. Negaradipa adalah nama kerajaan cikal bakal dari Kerajaan Banjar. Di dalam syair ini digambarkan bagaimana awal kedatangan pendiri kerajaan ke tanah Kalimantan sampai berdirinya kerajaan, disertai cerita menarik lainnya yang berhubungan dengan legenda yang ada di Negaradipa.
1
Bermula kalam kami tuliskan
Segenap pikiran dicurahkan
Untuk menyusun syair kesejarahan
Merangkai kejadian secara berurutan
Adapun nama syair yang dituliskan
Kerajaan Negaradipa di Kalimantan Selatan
Sebagai bahan pengetahuan
Untuk Saudara, Kawan sekalian
Walaupun bukti sejarah Kalimantan Selatan
Tidak berupa benda bertuliskan
Namun bekas kerajaan dapat dibuktikan
Menurut penelitian para sejarawan
Bekas kerajaan yang dapat disebutkan
Seperti Candi Agung bukti peninggalan
Letaknya di Amuntai sudah dipastikan
Pemugarannya pun sudah dilakukan
- – - – - – - – - – - – - – - – - – - – - – - – - – - – - – -
Tersebutlah kisah mengenai sebuah keluarga saudagar besar dari negeri Keling, saudagar ini bernama Mangkubumi. Sebagai seorang saudagar yang besar, Mangkubumi terkenal bijaksana dan bagian dari keluarga kerajaan. Mangkubumi mempunyai seorang putra bernama Empu Jatmika, seorang pemuda yang gagah dan tampan. Setelah dewasa Empu Jatmika dikawinkan dengan Sira Manguntur, mereka berdua beroleh keturunan bernama Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat.
Mangkubumi saudagar kaya
Kerabat raja yang bijaksana
Berputra seorang elok rupanya
Empu Jatmika konon namanya
Empu Jatmika terus bertambah usianya
Hingga dewasa menjadi cendikia
Dikawinkan dengan Sira Manguntur namanya
Putri cantik pandai bertutur kata
Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat
Kakak beradik tampan gagah muda belia
Itulah namanya putra Empu Jatmika
Sama elok sama tampan sama pandainya
Karena sudah keadaan
Sakitlah Mangkubumi yang dipertuan
Hamba sahaya semua bersedih menaruh kasihan
Kemudian semua sanak famili dikumpulkan
Saudagar Mangkubumi yang dipertuan
Sakitnya bertambah tidak tertahan
Selalu dijaga seluruh handai taulan
Dari hari berganti bulan
Setelah Mangkubumi merasa tidak kuat bertahan
Saatnya dunia yang fana harus ditinggalkan
Nafas terengah air mata mengalir perlahan
Lemah tak berdaya sekujur badan
Empu Jatmika dan kedua putranya
Duduk bersimpuh bersama ibunya
Membelai mencium tangan ayahanda
Duduk terpekur membaca doa
Lalu berkata Mangkubumi tercinta
Meninggalkan amanat kepada anakda
Hadirin mendengar dengan hikmatnya
Diterimalah wasiat oleh anak cucunya
Adapun amanat yang ditinggalkannya
Kepada anaknya Empu Jatmika
Tersusun bunyi kata-katanya
Harus kerjakan diingat pula
Wahai anakku Empu Jatmika
Serta cucuku Empu Mandastana
Lambung Mangkurat duduk beserta
Sira Manguntur dan neneknya Sitira
Jika aku sudah tak ada lagi
Meninggalkan dunia yang fana ini
Pertama-tama jagalah diri
Martabat keluarga dijunjung tinggi
Kedua pula janganlah kikir
Bersikaplah adil tak boleh mungkir
Hormatilah pula setiap orang pakir
Setiap tindakan harus dipikir
Selain itu sebagai ketiga
Sesudah aku meninggalkan dunia
Hendaklah turut dan kerjakan segera
Pergilah anakda dari negeri kita
Sebabnya itu wahai anakku tersayang
Di negeri Keling negeri kita sekarang
Banyaklah orang sebagai penghalang
Yang iri dengki selalu datang
(bersambung…)
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar