Selamat datang di Web ini,

Cerita Rakyat ini dipersembahkan agar kita mengetahui adat-istiadat. banyak kelemahan dan kekurangan. Web ini sub Domain Dari LangsaT Borneo.
Pencerahan dan saran pendapat silahkan kirim email ke whyank@gmail.com

Minggu, 19 Juni 2011

Legenda Gunung Batu Bulek(Fosil Manusia 8000SM) dan peradapan Tabalong

Legenda Gunung Batu Bulek

Batu Buli... Beberapa tahun lalu telah ditemukan Fosil Manusia Dizaman Astrolomelanesia berjenis kelamin wanita oleh tim Balai artiologi Banjar baru di liang Tengkorak dengan posisi seperti bayi dalam kandungan atau kepala menenadah dan kaki terlipat serta telapak tangan menyentuh pegelangan kaki atau menyilang dipinggul. Ditemikan bersama bubuk oker(bijih besi/hematit bercampur tanah liat dan pasir berwarna kuning, jingga, kemerahan dan coklat). Fosil tersebut dibawa oleh Tim Balai Artilogi Banjar baru.

Batu Buli dulunya mempunyai kuarang lebih 50 goa yang beberapa goa saling bertemu didalamnya. Goa tersebut mempunyai nama masing-masing seperti Liang Kantin, Liang Kakalawar, Liang Babi, Liang Hantu, Liang Banyu. Sekarang banyak berkurang karena masyarakat setempat menambang batu kapur dikaki gunung dan menghancur batu-batuan sehingga membuat beberapa goa tertutup. Sumber Masyarakat dan Banjarmasin Post Rabu 22/03/2006

Empat Satria Sakti

Alkisah pada jaman dulu kala hiduplah seorang laki-laki sakti. Pada jaman lelaki sakti ini hidup dunia ini masih dipenuhi dengan air/sebelum air es dikutup utara dan selatan membeku yang ada Cuma pegunungan meratus daratan sedangkan yang lain adalah lautan nan luas.

Pada suatu hari laki-laki tersebut kencing disemak belukar dikaki sebuah gunung. Pada saat kencing bukan air seni yang keluar namun air mani(sperma). Laki-laki sakti tersebut menunggalkan tempat itu dengan wajah masih bingung. Sampai datangkah seekor singa memakan daun ditumbuhan perdu tersebut. Begitu pula secara bergantian 4 binatang lain yaitu macan, Minjangan(Kijang) dan pilanduk(kancil).

Keempat binatang tersebut kebetulan berjenis kelamin betina. Dari memakan dedaunan dari tumbuhan perdu tersebut membuat hamil. Sampai 9 bulan 9 hari lahirlah kandungan dari bnatang-binatang itu. Anak yang lahir dari induk singa, macan, Kijang dan pilanduk itu bukan anak binatang namun anak manusia. Karena merasa aneh binatang tersebut maka ditinggallah anak menusia tersebut didalam suatu goa.

Hari berganti hari ketiga menjadi remaja dan akhirnya dipelihara oleh ayah kandungnya. Insting bawaan lebih didominasi kepada manusianya. Walaupun mereka mendapat gelar sesuai dari induknya. Anak pertama bernama Tumbak Sagara dengan gelar Singa, anak kedua Pambalah Batung dengan gelar macan sedangkan anak ketiga bernama Surampit mendapat gelar Minjangan dan anak paling bungsu bernama Garuntung Manau dengan gelar Pilanduk.

Kesaktian ayah kandungnya diturunkan kepada 4 bersaudara tersebut, sehingga mereka menjadi sakti dan kesaktiannya berdasarkan bawaan induknya. Seperti Tumbak Sagar spesialis pelempar jitu dan menghancurkan gunung laksana tombak yang menggelegar. Pambalah Batung dengan kekuatan tangannya dapat membelah batu walau tanpa menyentuh batu yang akan dibelahnnya. Surampit spesialis lari dan tendangan kuat, Garuntung Manau mempunyai kesaktian khusus yaitu tentang strategi-strategi dan ahli ramal.

Kesaktian Diuji

Kesaktian Kempat beradik ini terdengarlah seantero dunia. Sampai suatu saat ada petapa disuatu gunung diseberang pulau. Petapa sakti ”Kasubalahan”(½ Manusia dan Jin) bergelar Hantu Bao itu mempunyai pengikut yang banyak dan penganut ilmu hitam tersebut mau mengetes kesaktian kempat bersaudara tersebut dengan mengirim bongkahan batu besar dari gunung tapaannya. Bongkahan batu besar tersebut dilempar kearah mereka(Empat Bersaudara) namun karena saktinya batu itu tidak sampai menyentuh bumi dimana mereka bertempat tinggal. Kempat sakti tersebut berunding untuk membalas serangan sang sahabat iblis tersebut. Diputuslah untuk melempar kembali namun bukan sekedar melempar namun batu tersebut menjadi penjemput orang sakti diseberang pulau menjadi terperangkap dan ditarik lagi ke pulau meratus (Red’ sekarang pegunungan meratus) alasan kemaslahatan masyarakat luas karena ini akan menjadi bibit pengancur dunia. Garuntung Manau mengatur cara memenjarakan sasaran dengan jampi-jampi dibatu yang melayang antara langit dan bumi itu, Pambalah Batung memecah batu menjadi 4 bagian. Dengan kesaktian Tumbak Sagara mefokuskan sasaran yang dituju, Surampit menendang / melempar batu tersebut dan langsung batu-batu itu mengepung Hantu Bao. Sampai akhirnya salah satu batu itu memperangkap orang sakti. Pertarungan tersebut hingga beberapa jaman dari dunia penuh dengan laut sampai air laut mengering dan menggumpal di kutup Utara dan Selatan. Kempat batu tersebut kembalilah ke pulau pegunungan meratus. Batu yang berisi petapa dari sembrang tersebut karena berat jatuhlah disuatu aliran sungai yaitu kali pura, ujung dari puncak yang terbenam kedalam bumi membuat terbelah sungai menjadi dua. Batu yang kedua jatuh dan sanking beratnya yang berisi ilmu-ilmu karantinaan petapa kesebuah daratan sehingga membentuk gubangan air atau danau. Sedangkan batu ketiga terbenam diPaliwara dan batu ke empat beban agak ringan dari batu lainnya jatuhnya didaerah keras maka membentuk gunung sekarang disebut Batu Bulek. Masing batu itu akhirnya dihuni kakak beradik dengan membagi daerahnya masing-masing. Batu yang kembali ketempat mereka dilahirkan dan dibesarkan adalah batu Bulek dan diberikan kuasa penuh kepada Garuntung Manau. Batu bulek yang diserahkan kepada adik bungsu itu adalah tepat keempat beradik berkumpul apabila ada masalah yang perlu dirundingkan dan menjadi tempat reoni keempat beradik.

Batu Buli dan Kerajaan Tabalüng

Garuntung Manau kawin dengan seorang putri cantik bergelar Putri Udang dan mempunyai anak penerus. Lain halnya Tumbak Sagara, Surampit dan Pambalah Batung menjadi petapa sejati disinggasanya. Garuntung Manau membuat koloni yang mirip dengan sebuah kerajaan. Yang bernama Tabalüng diambil dari bahasa kuno, kata lain/pewakil kata Runugu, Salanak Binas, Patanak Katum dan Jatar (artinya : Berguru terhadap keadaan/belajar tanpa henti, Salanak Binas=Selalu Mengayomi, Patanak Katum=Selalu bersaudara/terbuka untuk berteman dan jatar=Mempersembahkan yang terbaik . Kerajaan Tabalüng yang bertempat diAyah (Red’Sebutan orang tua lelaki).

Allahu alam...

Penulis : Erwan Susandi, SE, Erich Polanda, S.H, M.H, Riza Bahtiar, S. Fils. I, Wahid Nurdin, SE , Amri

Editing : Riza Bahtiar, S. Fils. I

Sumber : Berbagai sumber (Artiolog, cerita Rakyat dan Dokumen)

Tujuan : Pengungkapan Sejarah Tabalüng dan supaya masyarakat khususnya Tabalüng merasa sebenarnya bersaudara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar