Selamat datang di Web ini,

Cerita Rakyat ini dipersembahkan agar kita mengetahui adat-istiadat. banyak kelemahan dan kekurangan. Web ini sub Domain Dari LangsaT Borneo.
Pencerahan dan saran pendapat silahkan kirim email ke whyank@gmail.com

Rabu, 29 Juni 2011

DATU DAYUHAN DAN DATU INTINGAN VS DATU SIMALI’ING (ASAL MULA GUNUNG KAPALA PITU)

Oleh: Datu Panglima Alai

Re-publish dalam bahasa Indonesia: Adum M. Sahriadi (Pambakal Sambang Lihum)

Dahulu kala di Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan pernah hidup dua orang bersaudara, si Ayuh (Dayuhan) dan Intingan (Bambang Basiwara). Semua orang di Kalimantan hampir semuanya mengetahui bahwa keduanya merupakan nenek moyang (pedatuan) orang Banjar dan Dayak di Kalimantan Selatan.

Datu Ayuhan dan Datu Intingan ini sangatlah erat persaudaraannya, ke mana saja mengembara selalu berdua, tidak pernah saling bertengkar atau bermusuhan. Keduanya sama-sama memiliki kesaktian masing-masing. Mereka dua bersaudara ini sangatlah bijaksana dalam mengatur kehidupan orang-orang kampung yang berdiam di Pegunungan Meratus. Tidak heran kalau keduanya sangat dihormati dan disegani siapa saja, sampai-sampai mereka berdua ini dihormati oleh orang-orang Dayak yang berdiam di Borneo (Kalimantan) bagian timur, tengah, dan barat.

Selain mereka berdua, di Pegunungan Meratus juga pernah hidup seorang datu yang bernama Datu Sumali'ing. Datu tersebut sangatlah berbeda dengan Datu Ayuh dan Datu Intingan, bahkan kelakuannya dan sifatnya merupakan kebalikan dari kedua orang datu tadi. Mereka yang tinggal di Pegunungan Meratus sangatlah takut dengan Datu Sumali’ing ini.

Datu Sumali'ing ini memiliki kesaktian yang sangat sukar dikalahkan. Beliau ini sangat sakti, kebal terhadap senjata, kebal terhadap peluru, dan yang paling hebat dari beliau adalah siapa saja yang terkena liur (ludah)-nya langsung berubah menjadi batu. Banyak sudah yang menjadi korban beliau, sampai-sampai binatang juga banyak yang berubah menjadi batu. Salah sedikit, datu ini langsung meludahi, “Cuuuuuh....”, yang kena dan apa saja yang kena akan berubah menjadi batu.

Karena beliau merasa sakti dan tidak ada yang menandingi, lalu beliau bermaksud menguasai Pegunungan Meratus. Akhirnya tersiar kabar bahwa beliau hendak menguasai Pegunungan Meratus, dan sampailah kabar tersebut ke telinga Datu Ayuh dan Datu Intingan. Kedua bersaudara ini kemudian merundingkannya.

“Intingan, kata orang si Sumali'ing handak menguasai Pegunungan Meratus, benarkah?” Ujar Datu Ayuh membuka pembicaraan dengan Datu Intingan.

“Aku juga mendengar kabar itu, kalaunya Sumali'ing ingin menguasai pegunungan ini bisa rusak anak cucu kita diludahinya, dan semuanya akan berubah jadi batu” kata Datu Intingan.

Lalu Datu Ayuh berucap, “Kalau begitu, kita lawan saja si Sumali'ing itu daripada anak cucu kita jadi batu” kata Datu Ayuh sambil mengambil sumpit di belakang pintu.

“Tunggu dulu, Sumali'ing itu sakti, jadi kita harus mencari kelemahannya dulu” kata Datu Intingan mengingatkan saudaranya.

Kemudia mereka berdua mengatur strategi, setelah dikira-kira matang strategi tersebut, keduanya lekas-lekas mencari Datu Sumali'ing. Ke sana ke mari, ke hulu ke hilir Datu Ayuh dan Datu Intingan mencari tetapi tidak bertemu juga. Akhirnya mereka kelelahan dan beristirahat sebentar di atas batu sambil mengulurkan kaki. Tidak lama mereka duduk, di seberang gunung Datu Ayuh dan Datu Intingan melihat Datu Sumali'ing berjalan sambil memikul 6 ekor payau (rusa, menjangan). Rupanya Datu Sumali'ing ini baru saja berburu dan mendapat 6 ekor payau.

Dari seberang gunung, Datu Ayuh dan Datu Intingan mengintip Datu Sumali’ing yang singgah sambil menggerak-gerakkan pinggang, mungkin karena kelelahan akibat memikul 6 ekor rusa tadi. Tampaknya Datu Sumali'ing hendak ngaso (berbaring) sebentar melepaskan penatnya. Sementara kedua datu tadi sedang bersiap-siap hendak menyumpit Datu Sumali'ing dari seberang gunung.

Pada saat ingin meniup sumpit, tiba-tiba keduanya terkejut lantaran ada suara gaib yang membisikkan di telinga mereka. Kata suara gaib tersebut, “Kalau kalian ingin mengalahkan Sumali'ing maka sumpitlah di kerongkongannya.”

Setelah suara gaib tadi hilang, cepat-cepat keduanya bersiap-siap untuk menyumpit. Kebetulan waktu itu Datu Sumali'ing menguap karena ngantuk. Langsung saja keduanya meniup sumpitnya ke arah kerongkongan Datu Sumali'ing. Pphuuuuuuu...pphuuuuuuuu..!!! Anak sumpit kedua datu ini dari seberang gunung bergerak sangat cepat. Kkhaaapp..kkhaappp..!! Dua buku anak sumpit tertancap tepat di dalam kerongkongan Datu Sumali’ing yang sedang menguap tersebut.

Tidak lama setelah itu terdengar bunyi petir yang sangat keras dan langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba berubah terang kembali. Datu Ayuh dan Datu Intingan yang masih berada di seberang gunung sangat terkejut melihat Datu Sumali'ing dan 6 ekor payau tadi berubah menjadi 7 buah gundukan bukit. Akhirnya 7 buah gundukan bukit tersebut diberi nama Gunung Kapala Pitu, yaitu satu kepala Datu Sumali’ing dan 6-nya lagi kepala Payau.

Sekarang gunung itu masih ada, bila mau ke sana bisa melihatnya dari kampung Batu Parahu.

Demikian ceritanya, kurang atau lebihnya mohon maaf.

(Menurut penulisnya yang menceritakan kembali dalam bahasa Banjar, cerita tersebut dikisahkan oleh Dalimun, Pambakal Batu Perahu).

SUMBER: Grup FB: BUBUHAN KULAAN URANG ALAI BORNEO

1 komentar:

  1. Lucky 12 Casino
    Find casinos in San Diego, CA from local businesses in Southern California. 안전사이트 Lucky 12 Casino is a 포커 하는 법 great place to find exciting gaming 에그 벳 and 토토커뮤니티 entertainment attractions in San  max88 Rating: 5 · ‎1 review

    BalasHapus