Selamat datang di Web ini,

Cerita Rakyat ini dipersembahkan agar kita mengetahui adat-istiadat. banyak kelemahan dan kekurangan. Web ini sub Domain Dari LangsaT Borneo.
Pencerahan dan saran pendapat silahkan kirim email ke whyank@gmail.com

Senin, 20 Juni 2011

Raja Hantuen / Raja Kuyang

Oleh : John Kenedy Bucek [BHT'02]

"Disalin Dari Cerita Rakyat Kalimantan Tengah"

"Dahulu kala di Baras Semayang hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis yang bernama Tapih. Tapih merupakan seorang anak gadis yang cantik sekali. Kulitnya berwarna putih kekuning - kuningan dan rambutnya yang panjang berwarna hitam pekat.

Pekerjaan orang tua Tapih adalah pembuat keranjang dari rotan dan ahli membuat topi tanggul dareh ( topi yang tepinya lebar ). Di kalimantan tengah topi tersebut khusus dipergunaakan pada waktu orang mengadakan upacara lingkaran hidup, seperti pada waktu mengadakan upacara memandikan anak untuk pertama kali di sungai.

Pada suatu ketika, saat Tapih sedang mandi di sungai, tiba - tiba topinya dihempaskan angin kencang dan jatuh ke sungai. Topi itu kemudian terbawa arus sungai yang cukup deras.

Karena topi itu dianggap bukan sembarang topi, Tapih yang ditemani orang tuanya menyusuri setiap desa yang terletak di sepanjang aliran sungai Rungan untuk mencarinya.

ditanyainya setiap orang desa yang ditemui, tapi mereka tak ada yang mengetahuinya. Akhirnya Tapih dan orang tuanya tiba didesa Sepang Simin, dan mereka menemukan kembali topi itu. Topi tersebut telah di pungut oleh seorang pemuda yang bernama Antang Taung. Sebagai tanda terima kasih, orang tua Tapih menghadiahi pemuda itu emas. Namun, Antang Taung menolaknya. Sebagai gantinya ia meminta Tapih untuk dijadikan istrinya. Permintaan itu disetujui oleh orang tua Tapih dengan senang hati.

Tak beberapa lama kemudian Antang Taung dan Tapih dinikahkan didesa Baras Semanyang. Menurut adat stempat, sepasang mempelayi baru harus berdiam dirumah kedua orang tua masing - masing secara bergiliran. Mereka merasa sangat berat untuk memenuhi adat ini , karena diantara kedua mereka ada hutan yang lebat sekali.

Untuk memecahkan masalah itu, diputuskan membuat jalan yang dapat menghubungkan kedua desa mereka tanpa melalui hutan tersebut. Untuk keperlun tenaga kerja mereka menggunakan para budak atau kuli masing - masing. Menurut penduduk setempat, jalan itu sampai kini masih ada dan bernama jalan langkuas.

pembuatan jalan di mulai dari baras semayang. pekerjaan mereka mula-mula mengalami gangguan mahluk gaib. setiap kali para pekerja pulang,gubuk tempat istirahat mereka telah di masuki orang dan bekal makanan mereka telah habis di curi.

hingga suatu hari mereka menemukan akal. mereka berbuat seolah-olah meninggalkan gubuk untuk bekerja, tetapi mereka bersembunyi di balik semak yang tak jauh dari tempat itu.dari tempat persembunyian. tiba-tiba mereka melihat seekor binatang angsek (sejenis landak)manaiki tangga gubuk.setiap masuk ke dalam,binatang itu menggoyang-goyangkan tubuhnya, dan secara ajaib berubah menjadi seorangg pemuda yang tampa.

melihat hal itu para pekerja segera meringkusnya.pemuda jadi-jadian itu barhasil di tangkapnya.ia minta ampun agar di lepaskan,jika ia di lepaskan ia berjanji akan membantu para pekerja membuat jalan.akhirny permintaan itu diluluskan.

Aneh bin ajaib,pemuda jelmaan binatang angsek dapat menyelesaikan jalan yang cukup panjang itu hanya dalam waktu tiga hari.mangetahui akan hal it, tapih dan antangtaung sangt mengagumi pemuda jadi-jadian itu dan mereka mengambilnya sebagai anak angkat.kini,dengan adanya jalan itu, kedua sumi itu dapat mondar-mandir ke desa masing-masing dangan mudah sekali, tanpa harus melewati hutan yang sangat lebat itu.

Bebeapa waktu kemudian tapih mengandung. saat itu mereka berada di desa sepang semin. calon ibu muda itu mengidam ingin makan ikan kali,maka antang taung segera pergi ke sungai untuk menangkap ikan.saat itu mendapat hasil yang cukup lumayan. namun,ketika ia ingin mendarat ke desa dengan biduknya, tiba-tiba turun hujan besar. dangan tergesa-gesa ia lari pulang, dan tanpa ia sangaja telah meninggalkan seekor ikan tomang di dalam perahu.

Kessokan harinya, ketika ia kembali ke perahu untuk mengambilnya, ternyata ikan itu telah lenyap. Sebagai gantinya di tempat itu berbaring seorang bai perempuan yang sangat mungil. Anak itu kemudian dibawa pulang oleh Antang Taung. Dan anak itu kemudian oleh mereka dipungut menjadi anak angkat.

Anehnya, bayi perempuan temuan mereka itu tumbuh dengan cepatnya. dalam waktu beberapa bulan saja sudah menjadi gadis dewasa yang sangat cantik dan molek. Gadis jelmaan ikan tomang itu kemudian jatuh cinta pada pemuda jelmaan binatang angkes. Dan keduanya kemudian dikimpoikan. mereka menjadi suami istri yang bahagia.

Tak lama kemudian mereka melahirkan seorang anak laki - laki. Akan tetapi malang, anak itu mati tak lama setelah lahir. Betapa sedih kedua manusia jelmaan binatang itu.

Dan kesedihan lain pun muncul. Beberapa hari kemudian saudara laki - laki angkat mereka, yakni putra Tapih dan Antang Taung juga meninggal. Menurut adat setempat, orang yang telah meninggal harus dilakukan dua kali upacara kematian, sebelum arwahnya dapat menuju ke Lewu Tatau sorga orang Dayak Nganju. Pada upacara pertama jenazahnya dikebumikan, dan pada upacara kedua jenazah yang tinggal tulang belulang itu dibakar.

Pada upacara kedua yang paling penting, karena membebaskan roh seseorang dari badan kasarnya untuk selama-lamanya. Sifat upacara ini mewah sekali, dan disebut dengan nama tiwah.

Ketika mendengar bahwa saudara angkatnya hendak ditiwahkan, suaminya istri jelmaan binatang itu ingin juga agar anaknya yang telah meninggal dibakar dalam upacara besar itu. Niat itu sangat ditentang oleh Tapih dan Antang Taung, tapi mereka tak menghiraukan dan bersikukuh dengat niat itu.

Dan sesuatu yang menghebohkan terjadi, karena ketika jenajah anak suami istri manusia jadi - jadian digali dari kuburnya.

ternyata yang tinggal bukan tulang belulang manusia melainkan tulang belulang binatang dan ikan.

Kejadian itu membuat malu besar pada kedua suami istri asal binatang itu, sehingga akhirnya mereka menyingkir dari desa Sepang Simin. Selanjutnya mereka membangun sebuah desa yang jauh di tengah - tengah hutan blantara. Di desa dalam itu kemudian berkembang biak menjadi suatu keluarga besar. Keturunanya kemudian terkenal dengan nama Hantuen. Konon, anggota manusia jadi - jadian ini meninggalkan desanya dan memasuki desa - desa manusia, berbaur dengan penduduknya.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, orang hantuen yang asli sudah tidak ada. Yang ada hanyalah keturunannya yang sudah kimpoi dengan manusia biasa.

Masyarakat Kalimantan Tengah mempercayai, orang yang mempunyai darah hanteun akan memiliki kemampuan gaib untuk mengubah diri menjadi hantu jadi - jadian yang disebut hantuen. Pada siang hari mereka menjadi manusia biasa, tetapi pada malam hari mereka akan mengubah dirinya menjadi hantu tanpa tubuh yang kegemaranya menghisap darah anak yang baru lahir serta darah ibu anak itu. Kabarnya, semua itu dilakukan diluar keinginanya.

Demikianlah cerita yang oleh penduduk di aliran Sungai Kahayan dianggap legenda yang benar - benar pernah terjadi. Untuk memperkuat kebenaran legenda itu, mereka dapat menunjukan jalan yang dibuat oleh pemuda jelmaan dari binatang angkes itu. Jalan itu bernama Langkuas, yang terletak di antara Baras Semanyang dan Sepang Simin.


Sumber..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar